Bagian Kedua : Mengenal Syeikh MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB
Biografi Reformis Cemerlang
Beliau adalah Shaikhul Islam Imam Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Buraid bin Muhammad at-Tamimi al Hambali an-Najdi ra.
Lahir pada tahun 1115 H (1701 M) didesa Uyainah, kurang lebih 70 km arah barat laut kota Riyadh dan beliau hidup di Dir’iyah selama 46 tahun kemudian mengalami kebutaan diakhir hayatnya dan wafat tanggal 29 syawwal 1206 H (1792 M) dalam usia 91 tahun, dengan meninggalkan 18 anak dari beberapa isteri.
Konon kakeknya kakeknya, Sulaiman ra pernah bermimpi melihat cahaya keluar dari pusarnya menerangi seluruh padang pasir, ada sebagian orang yang mentakwilkan mimpi tersebut bahwa akan lahir dari anak cucunya seorang laki-laki yang memberi petunjuk umatnya dan mendirikan negara besar. Dan dialah Muhammad bin Abdul Wahhab ra.
Beliau seorang yang cukup cerdas, hafal al-Quran sebelum umur sepuluh tahun, belajar kepada ayahnya beberapa cabang ilmu terutama bahasa arab dan ilmu fikih. Tidak puas sampai disitu, beliau mengembara untuk menuntut ilmu kebeberapa ulama di Makkah dan Damaskus yaitu kepada Ali Daghastani ra (1199 H), Syaikh Abdullah bin Ibrahim bin Saif an Najdi ra, Syaeikh Muhammad Hayat al-Sindy ra, di Madinah (1165 H) dan Syaikh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi al Madani ra (1194 H) dan Syaikh Muhammad al-Majmu’i ra di Bashrah.
Beliau adalah tokoh reformis yang fenomental, disegani lawan dan disenangi kawan, dimusuhi dan dihujat, namun sangat banyak tokoh baik nasional maupun internasional memberi pujian dan sanjungan. Hingga ada seorang ulama besar dari India, Sayikh Mas’ud an Nadwi ra menulis buku al-Mushlih al Madzhlum (reformis yang terdzolimi, maksudnya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab ra), sementara dalam ensiklopedi Inggris disebutkan bahwa Wahabiyah merupakan gerakan pemurniaan islam, Wahabisme adalah kelompok yang hanya mengikuti ajaran Rasul dan menolak selainnya, sehingga musuh Wahabi sejatinya adalah musuh islam yang benar. Bahkan dalam ensiklopedi Nur Kholis Majid menyebutkan wahabi sebagai gerakan pemurnian tauhid. Maka memusuhi wahabi sama saja memusuhi usaha pemurniaan tauhid.
Bahkan jumhur ulama Mesir, diawal abad ke 20 juga mengakui bahwa gerakan Wahabi adalah gerakan sunni, yang didalam bidang teologi menganut aliran salaf dan dalam bidan fikih menganut Madzhab Hambali dan mereka adalah kaum Muslimin yang paling ketat mengikuti sunnah dan paling jauh dari Bid’ah dan dosa – dosa maksiat. Menurut Rasyid Ridha ra, Syaikh Jamil Al-Azhar dalam sebuah majlis yang dihadiri oleh para ulama Mesir saat itu, seperti Syaikh Abdul Majid Labban, Syaikh Muhammad Syakir, Syaikh Ahmad Harun dan Syaikh Zawakhiri ra dll, mereka mengakui gerakan wahabi adalah Madzhab Ahli Sunnah Waljamaah. Analisa Dr. Badri Yatim dalam bukunya “Sejarah Sosial Keagamaan Tanah Suci” bahwa dalam bidang akidah dinasti Saudi menganut alira Salaf, yang diakui sebgai aliran Ahlu Sunnah Waljamah. Muhammad al-Bahi salah seorang ulama besar dan mantan meteri Agama Mesir menegaskan bahwa gerakan Wahabi sangat menekankan ajaran tauhid, mengingkari syirk dan menjadikan ibadah hanya untuk Allah semata.
Marilah kita umat Islam semua bersatu, jangan mudah terprovokasi issu Wahabi yang digulirkan oleh kelompok yang ingin menghancurkan Islam.
Wallahualam Bishowab.
Sumber :
Ustad. Zainal Abidin bin Syamsudin, LC
Lihat al-A’laam, Khairuddin Zarkely, 6/257 dan Hadir al-Alam al-Islami, 2/418-419
Lihat Hadir al-Alam al-Islami, 2/418
Lihat Uwanul Majd, Ibnu Basyar, 2/12 dan Syaikh Muhammad Muslih Mazlum, Masud an – Nadawi, hal. 27 & hal. 29
Lihat Tashhih Khata’ Tarikhi, Dr. Muhammad Suwair, hal. 46.
Lihat Ensiklopedi Nurkholis Majid, 4/3582
Lihat Sejarah sosial keagamaan Tanah Suci, hal. 285
Lihat al-Harakah Wahhabiyah, Muhammad Khalil Harras, hal.14
Biografi Reformis Cemerlang
Beliau adalah Shaikhul Islam Imam Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Buraid bin Muhammad at-Tamimi al Hambali an-Najdi ra.
Lahir pada tahun 1115 H (1701 M) didesa Uyainah, kurang lebih 70 km arah barat laut kota Riyadh dan beliau hidup di Dir’iyah selama 46 tahun kemudian mengalami kebutaan diakhir hayatnya dan wafat tanggal 29 syawwal 1206 H (1792 M) dalam usia 91 tahun, dengan meninggalkan 18 anak dari beberapa isteri.
Konon kakeknya kakeknya, Sulaiman ra pernah bermimpi melihat cahaya keluar dari pusarnya menerangi seluruh padang pasir, ada sebagian orang yang mentakwilkan mimpi tersebut bahwa akan lahir dari anak cucunya seorang laki-laki yang memberi petunjuk umatnya dan mendirikan negara besar. Dan dialah Muhammad bin Abdul Wahhab ra.
Beliau seorang yang cukup cerdas, hafal al-Quran sebelum umur sepuluh tahun, belajar kepada ayahnya beberapa cabang ilmu terutama bahasa arab dan ilmu fikih. Tidak puas sampai disitu, beliau mengembara untuk menuntut ilmu kebeberapa ulama di Makkah dan Damaskus yaitu kepada Ali Daghastani ra (1199 H), Syaikh Abdullah bin Ibrahim bin Saif an Najdi ra, Syaeikh Muhammad Hayat al-Sindy ra, di Madinah (1165 H) dan Syaikh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi al Madani ra (1194 H) dan Syaikh Muhammad al-Majmu’i ra di Bashrah.
Beliau adalah tokoh reformis yang fenomental, disegani lawan dan disenangi kawan, dimusuhi dan dihujat, namun sangat banyak tokoh baik nasional maupun internasional memberi pujian dan sanjungan. Hingga ada seorang ulama besar dari India, Sayikh Mas’ud an Nadwi ra menulis buku al-Mushlih al Madzhlum (reformis yang terdzolimi, maksudnya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab ra), sementara dalam ensiklopedi Inggris disebutkan bahwa Wahabiyah merupakan gerakan pemurniaan islam, Wahabisme adalah kelompok yang hanya mengikuti ajaran Rasul dan menolak selainnya, sehingga musuh Wahabi sejatinya adalah musuh islam yang benar. Bahkan dalam ensiklopedi Nur Kholis Majid menyebutkan wahabi sebagai gerakan pemurnian tauhid. Maka memusuhi wahabi sama saja memusuhi usaha pemurniaan tauhid.
Bahkan jumhur ulama Mesir, diawal abad ke 20 juga mengakui bahwa gerakan Wahabi adalah gerakan sunni, yang didalam bidang teologi menganut aliran salaf dan dalam bidan fikih menganut Madzhab Hambali dan mereka adalah kaum Muslimin yang paling ketat mengikuti sunnah dan paling jauh dari Bid’ah dan dosa – dosa maksiat. Menurut Rasyid Ridha ra, Syaikh Jamil Al-Azhar dalam sebuah majlis yang dihadiri oleh para ulama Mesir saat itu, seperti Syaikh Abdul Majid Labban, Syaikh Muhammad Syakir, Syaikh Ahmad Harun dan Syaikh Zawakhiri ra dll, mereka mengakui gerakan wahabi adalah Madzhab Ahli Sunnah Waljamaah. Analisa Dr. Badri Yatim dalam bukunya “Sejarah Sosial Keagamaan Tanah Suci” bahwa dalam bidang akidah dinasti Saudi menganut alira Salaf, yang diakui sebgai aliran Ahlu Sunnah Waljamah. Muhammad al-Bahi salah seorang ulama besar dan mantan meteri Agama Mesir menegaskan bahwa gerakan Wahabi sangat menekankan ajaran tauhid, mengingkari syirk dan menjadikan ibadah hanya untuk Allah semata.
Marilah kita umat Islam semua bersatu, jangan mudah terprovokasi issu Wahabi yang digulirkan oleh kelompok yang ingin menghancurkan Islam.
Wallahualam Bishowab.
Sumber :
Ustad. Zainal Abidin bin Syamsudin, LC
Lihat al-A’laam, Khairuddin Zarkely, 6/257 dan Hadir al-Alam al-Islami, 2/418-419
Lihat Hadir al-Alam al-Islami, 2/418
Lihat Uwanul Majd, Ibnu Basyar, 2/12 dan Syaikh Muhammad Muslih Mazlum, Masud an – Nadawi, hal. 27 & hal. 29
Lihat Tashhih Khata’ Tarikhi, Dr. Muhammad Suwair, hal. 46.
Lihat Ensiklopedi Nurkholis Majid, 4/3582
Lihat Sejarah sosial keagamaan Tanah Suci, hal. 285
Lihat al-Harakah Wahhabiyah, Muhammad Khalil Harras, hal.14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar